Ikan Purba Raja Laut (Coelacanth)
Ikan Purba Raja Laut (Coelacanth) | Ikan purba yang banyak hidup pada 360 juta tahun lalu.Ikan raja laut yang di kenal juga sebagai Coelacanth saat ini cuma tersisa dua spesies yakni Latimeria menadoensis (Indonesia Coelacanth) serta Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth). Sedang beragam type yang lain, sekitar120 spesies, dinyatakan sudah punah serta cuma diketemukan fosilnya saja.
Coelacanth yaitu type ikan berparu-paru yang diakui beberapa pakar juga sebagai nenek moyang tetrapoda, yakni nenek moyang binatang yang hidup di darat termasuk juga manusia. Ikan raja laut atau Coelacanth memiliki habitat di lautan dalam, 700 m. dibawah permukaan laut. Walau kadang-kadang ikan purba ini dapat ada di kedalaman laut 200 m.
Ikan raja laut (Coelacanth) sudah dikira punah pada 65 juta th. yang silam. Ke-120 spesies cuma dikenali dari beragam fosil yang diketemukan. Tetapi pada 1938, seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di Chalumna, Afrika Selatan.
Ikan raja laut (Latimeria menadoensis) waktu dipamerkan di Tokyo
Kapten kapal yang menangkap ikan itu tertarik hingga kirimnya ke museum di London yang di pimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Dr. J. L. B. Smith lalu mendiskripsikan ikan purba itu serta memberi nama Latimeria chalumnae pada tahun 1939. Nama genus ikan di ambil dari nama pimpinan museum London, sedang nama spesiesnya juga sebagai pengenang tempat penemuan Ikan raja laut itu.
Sampai tahun 1990, sebagian ekor type Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth) sukses tertangkap di Kepulauan Komoro, perairan Afika Selatan sampai ke Madagaskar.
Pada Ikan raja laut spesies Latimeria chalumnae (Coelacanth Komoro) serta Latimeria menadoensis (Coelacanth Sulawesi) memiliki tanda-tanda yang sama. Ekor ikan purba ini berupa seperti kipas dengan mata yang besar serta sisik yang tampak tak prima (seperti batu). Panjangnya meraih 2 m. dengan berat meraih 80-100 kg. Ketidaksamaannya ada pada warna kulit Latimeria menadoensis yang berwarna coklat sedang Latimeria chalumnae berwarna biru baja.
Status konservasi ke-2 type ikan raja laut ini tidak sama. Oleh IUCN Redlist Coelacanth Komoro (Latimeria chalumnae) berstatuskan Gawat (Critically Endangered) sedang Coelacanth Sulawesi menyatuskan Vulnerable (Rawan). CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks I. Di Indonesia, ikan raja laut termasuk juga ikan yang dilindungi berdasar pada PP Nomer 7 Th. 1999.
Coelacanth yaitu type ikan berparu-paru yang diakui beberapa pakar juga sebagai nenek moyang tetrapoda, yakni nenek moyang binatang yang hidup di darat termasuk juga manusia. Ikan raja laut atau Coelacanth memiliki habitat di lautan dalam, 700 m. dibawah permukaan laut. Walau kadang-kadang ikan purba ini dapat ada di kedalaman laut 200 m.
Ikan raja laut (Coelacanth) sudah dikira punah pada 65 juta th. yang silam. Ke-120 spesies cuma dikenali dari beragam fosil yang diketemukan. Tetapi pada 1938, seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di Chalumna, Afrika Selatan.
Ikan raja laut (Latimeria menadoensis) waktu dipamerkan di Tokyo
Kapten kapal yang menangkap ikan itu tertarik hingga kirimnya ke museum di London yang di pimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Dr. J. L. B. Smith lalu mendiskripsikan ikan purba itu serta memberi nama Latimeria chalumnae pada tahun 1939. Nama genus ikan di ambil dari nama pimpinan museum London, sedang nama spesiesnya juga sebagai pengenang tempat penemuan Ikan raja laut itu.
Sampai tahun 1990, sebagian ekor type Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth) sukses tertangkap di Kepulauan Komoro, perairan Afika Selatan sampai ke Madagaskar.
Pada tahun. 1998, seekor Ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan type ini sesungguhnya telah umum di kenal oleh nelayan setempat tetapi belum terdiskripsikan sampai seseorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann serta sebagian rekannya termasuk juga ilmuan LIPI mempublikasikannya serta terakhir Ikan raja laut ini dikatakan sebagai spesies baru, Latimeria menadoensis (Coelacanth Sulawesi).
Pada Ikan raja laut spesies Latimeria chalumnae (Coelacanth Komoro) serta Latimeria menadoensis (Coelacanth Sulawesi) memiliki tanda-tanda yang sama. Ekor ikan purba ini berupa seperti kipas dengan mata yang besar serta sisik yang tampak tak prima (seperti batu). Panjangnya meraih 2 m. dengan berat meraih 80-100 kg. Ketidaksamaannya ada pada warna kulit Latimeria menadoensis yang berwarna coklat sedang Latimeria chalumnae berwarna biru baja.
Status konservasi ke-2 type ikan raja laut ini tidak sama. Oleh IUCN Redlist Coelacanth Komoro (Latimeria chalumnae) berstatuskan Gawat (Critically Endangered) sedang Coelacanth Sulawesi menyatuskan Vulnerable (Rawan). CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks I. Di Indonesia, ikan raja laut termasuk juga ikan yang dilindungi berdasar pada PP Nomer 7 Th. 1999.